Kejadian Penyakit Flu Burung di Indonesia, [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ]

Kejadian Penyakit Flu Burung di Indonesia, [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ] - Hallo sahabat Budidaya, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Kejadian Penyakit Flu Burung di Indonesia, [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ] , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Flu Burung, Artikel Kesehatan Ternak, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Kejadian Penyakit Flu Burung di Indonesia, [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ]
link : Kejadian Penyakit Flu Burung di Indonesia, [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ]

Baca juga


Kejadian Penyakit Flu Burung di Indonesia, [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ]

Berdasarkan data dari USAID (2008) dalam Bello et al. (2008), lebih dari 220 juta ekor unggas di benua Asia, Eropa dan Eurasia serta Afrika pada 57 negara telah mati akibat terinfeksi virus H5N1. Wabah tersebut menunjukkan bahwa keganasan virus AI sangat merugikan kelangsungan usaha peternakan ayam serta memberikan pengaruh buruk terhadap pertumbuhan ekonomi dan perkembangan perdagangan.

Menurut Burgos dan Burgos (2007e), wabah virus AI H5N1 yang terjadi di Asia Tenggara mengakibatkan dampak ekonomi yang cukup signifikan yaitu penurunan ekspor unggas, jatuhnya harga komoditi unggas domestik dan turunnya produksi serta mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Kerugian paling nyata terlihat dari lesunya perdagangan broiler dan telur yang turun hingga 62.5%. Di Kamboja, harga telur turun drastis dari semula US$ 0,05 menjadi US$ 0,03 per butirnya dan harga broiler juga turun dari KHR 4000 menjadi KHR 1500. Akibat kejadian wabah AI H5N1, importasi produk unggas dari Asia akhirnya dilarang.

Disamping itu, secara tidak langsung negara pemasok bahan baku pakan unggas seperti Amerika Serikat, juga terkena dampaknya karena permintaan terhadap komoditi tersebut menjadi berkurang. Sebelum terjadinya wabah AI, Indonesia mampu mengekspor produk unggas berupa telur sebanyak 1.224.579 kg, namun setelah wabah, ekspor komoditi tersebut menjadi nol (BARANTAN 2003, BARANTAN 2007).

Sebanyak 26 epizootik HPAI telah terjadi di dunia sejak 1995 dan yang paling besar disebabkan oleh virus HPAI H5N1 di lebih kurang 60 negara di kawasan Asia, Eropa dan Afrika sejak tahun 1996 (Ka-Oud et al. 2008). Silsilah virus HPAI di Asia pertamakali ditemukan pada angsa di China Selatan pada tahun 1996 dan tidak menyebar sampai benua Eropa maupun Afrika (Burgos dan Burgos 2008).

Sejak tahun 2003 sampai dengan bulan April 2008, virus AI H5N1 telah menginfeksi 380 orang yang sebelumnya pernah mempunyai riwayat kontak yang sangat dekat dengan unggas. Jumlah kematian dari total jumlah yang terinfeksi mencapai 241 orang (CFSPH 2008). Tingkat mortalitas pada manusia lebih kurang adalah 61%, sedangkan pada unggas bisa mencapai 90-100% (Burgos dan Burgos 2007c).

Menurut CFSPH (2008), antara tahun 1997 sampai dengan tahun 2006 rentetan kejadian infeksi AI pada manusia adalah sebagai berikut :

- Tahun 1997, sebanyak 18 orang terinfeksi virus H5N1 di Hongkong. Gejala yang mereka alami adalah demam, sakit tenggorokan dan batuk. Beberapa penderita mengalami gangguan pernafasan yang parah dan pneumonia. Dari 18 orang tersebut, 6 diantaranya meninggal.
- Tahun 1999, sebanyak 2 orang anak di Hongkong dikonfirmasi positif terinfeksi virus LPAI H9N2. Infeksi tersebut tergolong ringan dan kedua anak tersebut akhirnya sembuh. Di daratan China, 6 orang juga terinfeksi virus H9N2 dan semua penderitanya sembuh.
- Tahun 2002, antibodi terhadap virus H7N2 terdeteksi pada seseorang setelah kejadian wabah pada unggas di Virginia.
- Tahun 2003, 2 jenis virus AI H5N1 diketahui menginfeksi sebuah keluarga yang baru saja bepergian dari China. Salah satu penderitanya meninggal. Anggota keluarga yang lain meninggal karena terserang penyakit pada saluran pernafasan namun tidak dilakukan peneguhan diagnosa tentang penyebab penyakit tersebut.
- Tahun 2003, sebanyak 89 dari total 347 orang dikonfirmasi positif terinfeksi H7N7 mengikuti wabah pada unggas. Kebanyakan kasus terjadi pada pekerja kandang dan anggota keluarga dari 3 penderita tersebut juga menderita gejala sakit yang serupa. Dari 89 orang yang dikonfirmasi positif, 78 orang hanya menunjukkan gejala konjungtivitis, 2 orang menunjukkan gejala flu berupa demam, batuk dan nyeri otot. Sementara itu, 5 orang yang lainnya mengalami gejala konjungtivitis dan gejala flu, sedangkan 4 penderita lagi diklasifikasikan sebagai infeksi penyakit lain. Seorang dokter hewan pernah diketahui meninggal setelah mengalami gangguan pernafasan akut yang sangat parah serta komplikasi.Pada awalnya, dokter hewan tersebut mengalami gejala demam tinggi yang persisten dan sakit kepala tanpa disertai dengan gejala sakit pernafasan. Virus yang berhasil diisolasi dari kasus yang fatal biasanya telah mengalami mutasi.
- Tahun 2003, infeksi virus LPAI H7N2 ditemukan pada seorang pasien yang menunjukkan gejala sakit pernafasan di New York. Penderita tersebut akhirnya sembuh setelah mendapatkan perawatan yang intensif.
- Tahun 2004, pekerja kandang unggas di Kanada diketahui mengalami gejala konjungtivitis dan flu. Kedua pekerja tersebut akhirnya sembuh setelah berobat menggunakan antiviral. Selain 2 orang tersebut, 10 pekerja lainnya juga mengalami gejala serupa dan disertai dengan gangguan saluran pernafasan atas. Semua kejadian infeksi tersebut setelah ditelusuri ternyata berkaitan dengan wabah virus H7N3 pada unggas.
- Sejak tahun 2004 sampai dengan 2008, kejadian sporadik dan kematian pada manusia berkaitan erat dengan wabah H5N1 yang terjadi secara meluas pada unggas. Pada tanggal 17 April 2008, telah dikonfirmasi dan dilaporkan ke WHO ada 381 penderita dan 240 diantaranya berlangsung fatal. Kasus infeksi pada manusia dilaporkan oleh beberapa negara Asia. Di Afrika, Azerbaijan, Timur Tengah dan Turki kasus yang terjadi pada manusia sangat sedikit.

Sumber :
Badan Karantina Pertanian. 2003. Laporan Tahunan. Pusat Karantina Hewan, Badan Karantina Pertanian, Departemen Pertanian.
Badan Karantina Pertanian. 2007. Laporan Tahunan. Badan Karantina Pertanian, Departemen Pertanian.
Bello M, Lukshi BM, Sanusi M. 2008. Outbreaks of Highly Pathogenic Avian Influenza (H5N1) in Bauchi State, Nigeria. International Journal of Poultry Science. 7(5): 450-456.
Burgos S, Burgos SA. 2007e. Avian Influenza Outbreaks in Southeast Asia Affects Prices, Markets and Trade: A Short Case Study. International Journal of Poultry Science. 6(12): 1006-1009.
Burgos S, Burgos SA. 2008. HPAI H5N1 in Europe 2007: Poultry and Wild Birds. International Journal of Poultry Science. 7 (1): 97-100.
Kaoud HA. 2008. Eco-Epidemiologic Impacts of HPAI on Avian and Human Health in Egypt. International Journal of Poultry Science. 7(1): 72-76.
The Center for Food Security and Public Health. 2008. Highly Pathogenic Avian Influenza. Iowa State University, Institute for International Cooperation in Animal Biologics, an OIE Collaborating Center.



Demikianlah Artikel Kejadian Penyakit Flu Burung di Indonesia, [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ]

Sekianlah artikel Kejadian Penyakit Flu Burung di Indonesia, [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ] kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Kejadian Penyakit Flu Burung di Indonesia, [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ] dengan alamat link https://kebunbudidaya.blogspot.com/2016/02/kejadian-penyakit-flu-burung-di.html

0 Response to "Kejadian Penyakit Flu Burung di Indonesia, [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ] "

Posting Komentar