Klasifikasi, Habitat dan Daur Hidup Lalat Rumah , [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ]

Klasifikasi, Habitat dan Daur Hidup Lalat Rumah , [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ] - Hallo sahabat Budidaya, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Klasifikasi, Habitat dan Daur Hidup Lalat Rumah , [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ] , kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Lalat, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Klasifikasi, Habitat dan Daur Hidup Lalat Rumah , [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ]
link : Klasifikasi, Habitat dan Daur Hidup Lalat Rumah , [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ]

Baca juga


Klasifikasi, Habitat dan Daur Hidup Lalat Rumah , [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ]

Linneus (1758) dalam West (1951) mengklasifikasikan Musca domestica L sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Hexapoda
Ordo : Diptera
Subordo : Cyclorrhapha
Famili : Muscidae
Subfamili : Muscinae
Genus : Musca
Species : Musca domestica L.

Lalat ini berukuran sedang, panjangnya 6-8 mm, berwarna hitam keabu-abuan. Mata lalat jantan lebih besar dan sangat berdekatan satu sama lain. Mata lalat betina mempunyai celah yang lebih lebar dibandingkan yang jantan. Bagian mulut atau probosis lalat disesuaikan khusus dengan fungsinya untuk menyerap dan menjilat makanan berupa cairan atau sedikit lembek. Lalat rumah makanannya sangat bervariasi, dan cara makannya pun tergantung pada keadaan fisik bahan makanan.

Di daerah tropika dengan suhu 30 oC, lalat rumah membutuhkan waktu 8-10 hari dalam satu siklus hidupnya yaitu dari telur, larva, pupa dan dewasa (Gambar 3). Telurnya berbentuk seperti pisang, berwarna putih kekuningan, dan panjangnya kira-kira 1 mm. Telur diletakan secara berkelompok pada tempat yang mengandung bahan-bahan organik yang basah tetapi tidak cair. Telur memerlukan kelembaban yang tinggi untuk bertahan hidup. Pada suhu 30 oC telur akan menetas dalam waktu 10-12 jam (Hadi dan Koesharto, 2006).

Larva tumbuh dari 1 mm hingga menjadi 12-13 mm setelah 4-5 hari pada suhu 30 oC, melewati tiga kali fase instar. Larva instar I dan II berwarna putih sedangkan instar III berwarna putih kekuningan. Larva memiliki sepasang spirakel posterior yang jelas. Larva memakan bakteri, ragi dan bahan-bahan dekomposisi (Hadi dan Koesharto, 2006). Larva I dan II mempunyai sifat fototaktik negatif (menjauhi cahaya), sedangkan instar III kebalikannya yaitu bereaksi positif terhadap cahaya. Perkembangan larva sangat dipengaruhi oleh keadaan suhu lingkungan.

Selain itu, pengaruh suhu terhadap larva berkaitan erat dengan letak kedalaman larva dalam media. Pada awalnya larva lebih suka kelembaban dan temperatur tinggi serta menghindari cahaya. Pengaruh panas yang diakibatkan oleh fermentasi akan menyebabkan larva cenderung untuk turun sampai kedalaman 5-10 cm. Pada kedalaman 15 cm dengan suhu 50-63�C larva akan mati, tetapi pada kedalaman 30 cm dengan suhu 35-40�C larva masih hidup (West, 1951). Sebelum menjadi pupa, larva tidak makan dan akan bermigrasi ke tempat yang lebih kering dan dingin. Stadium larva instar III dalam proses menjadi pupa akan memendek dan warnanya akan berubah dari kuning gelap menjadi coklat. Pupa lebih suka hidup pada kelembaban rendah dan jika tidak sesuai maka tahap puparium akan diperpanjang (Yap dan Chong, 1995). Lalat yang berada dalam kantung pupa akan keluar dengan bantuan organ ptilinium yang berada dibagian dasar antena. Lalat muda mulai aktif dan mencari makan 2-24 jam setelah keluar dari pupa. Perkawinan terjadi diantara lalat setelah 24 jam pada jantan dan 30 jam pada betina (Hadi dan Koesharto, 2006).

Dalam berkembangbiak lalat dipengaruhi oleh daya tarik visual dan juga hormon seks feromon. Pada lalat jantan pola aktivitas kawin lebih besar dari pada lalat betina. Semakin sering lalat kawin semakin pendek umurnya. Pola kopulasi lalat rumah diawali oleh proses pendekatan yang dilakukan pada saat terbang. Pada awalnya lalat jantan akan mendekati dan hinggap dipunggung lalat betina. Sayap jantan akan mengembang keluar dan kakinya terangkat untuk mencegah lalat betina menolak percumbuan (Tobin dan Stoffolano, 1973).

Lalat umumnya terestrial, meskipun habitat pradewasa berbeda dengan tahap dewasa. Tahap pradewasa memilih habitat yang cukup banyak bahan organik yang sedang mengalami dekomposisi, misalnya sampah organik. Tahap dewasa juga menyukai sampah organik, daerah jelajahnya luas sehingga dapat memasuki rumah dan tempat manusia beraktivitas. Kedua perbedaan habitat ini, menyebabkan kehidupan tahap pradewasa tidak bersaing dengan kehidupan tahap dewasa karena tanpa persaingan, maka lalat dapat berkembang dengan optimal (Hadi dan Koesharto, 2006). Lalat dewasa akan menghabiskan waktunya sepanjang hari pada permukaan kotoran dan akan beristirahat pada malam hari di dinding kandang, aktivitas serangga pada siang hari dinamakan diurnal, lalat termasuk dalam kelompok ini karena aktivitasnya dilakukan pada siang hari (Mircheva, 1977).





Demikianlah Artikel Klasifikasi, Habitat dan Daur Hidup Lalat Rumah , [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ]

Sekianlah artikel Klasifikasi, Habitat dan Daur Hidup Lalat Rumah , [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ] kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Klasifikasi, Habitat dan Daur Hidup Lalat Rumah , [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ] dengan alamat link https://kebunbudidaya.blogspot.com/2016/06/klasifikasi-habitat-dan-daur-hidup.html

0 Response to "Klasifikasi, Habitat dan Daur Hidup Lalat Rumah , [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ] "

Posting Komentar