Judul : Lokus Gen BoLA DRB 3.2 , [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ]
link : Lokus Gen BoLA DRB 3.2 , [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ]
Lokus Gen BoLA DRB 3.2 , [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ]
MHC pada setiap spesies mempunyai sifat polimorfisme yang tinggi (Guillemot et al. 1988). Sifat polimorfisme pada BoLA menyebabkan kemampuan setiap individu untuk bereaksi terhadap antigen berbeda-beda dan sangat spesifik. Dengan kata lain, BoLA berperan dalam menentukan ketahanan dan kerentanan setiap individu dalam suatu populasi terhadap suatu penyakit secara spesifik. Pada sapi, kompleks BoLA terdapat pada lengan pendek kromosom 23. Sebagaimana MHC pada mamalia lainnya, BoLA dibagi menjadi tiga kelas gen. BoLA kelas I memiliki tiga gen fungsional, yaitu A, B dan C. BoLA kelas II atau disebut region D dibagi menjadi tiga subregion, yaitu DP, DQ dan DR. Masing-masing subregion paling tidak memiliki dua gen fungsional, yaitu satu gen penyandi rantai a (disebut gen DPA, DQA dan DRA) dan gen lainnya penyandi rantai � (disebut gen DPB, DQB dan DRB). Sampai saat ini, telah diketahui setidaknya ada tiga lokus gen BoLA penyandi rantai � pada subregion DR, yaitu BoLA DRB1, BoLA DRB2 dan BoLA DRB3 (Guillemot et al. 1988).
Penamaan alel BoLA mengikuti format nomenklatur alel HLA yang dibuat oleh WHO Nomenclature Committee, yaitu lokus.exon*alel (Lewin et al. 1999). DRB3 exon 2 (BoLA DRB3.2) merupakan lokus gen pada kompleks BoLA yang memiliki polimorfisme yang paling tinggi (Maillard et al. 1999; Gilliespie et al. 1999; Takeshima et al.2002; Behl et al. 2007; Nassiry et al. 2008). Berdasarkan metode PCR-RFLP, Van Eijk et al. (1992) telah mengidentifikasi 30 Alel BoLA DRB 3.2 berbeda pada 10 peranakan sapi Eropa. Berdasarkan metode yang sama, Gelhaus et al. (1995) menambahkan 10 alel baru yang ditemukannya pada sapi peranakan Afrika dan FH. Alel BoLA DRB3.2 yang telah diidentifikasi dengan metode PCR-RFLP hingga saat ini ada 54 tipe, dengan tambahan 14 alel baru yang ditemukan Maillard et al. (1999) pada sapi zebu Brahman. Seiring perkembangannya, metode yang digunakan untuk mengidentifikasi alel BoLA DRB 3 menjadi sangat bervariasi, salah satunya dengan metode PCR-SBT (Sequence Based Typing) yang telah mengidentifikasi 103 alel BoLA DRB 3 (Takeshima et al. 2003; Miltiadou et al. 2003).
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui hubungan alel-alel BoLA DRB3 dengan sifat produksi dan imunitas. Dietz et al. (1997) menemukan bahwa alel � alel BoLA DRB 3.2 berhubungan erat dengan karakter imunitas. Alel-alel BoLA DRB 3.2 diketahui berhubungan dengan ketahanan dan kerentanan individu sapi terhadap beberapa penyakit seperti Mastitis (Sharif et al. 1998a; Kulberg et al. 2007), Limfositosis persisten yang disebabkan bovine leukemia virus (Lewin et al. 1999), Penyakit Kuku dan Mulut (Lewin et al. 1999), Dermatofilosis (Maillard et al. 2003), East Coast Fever (ECF) yang disebabkan serangan kutu-parasit Theileria parva (Ballingall et al. 2004) dan Penyakit yang disebabkan serangan kutu Boophilus microplus (Martinez et al. 2006).
Selain itu,variasi alel pada BoLA DRB3 juga berhubungan dengan karakter produksi susu (Sharif et al. 1998b). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa variasi dan distribusi alel BoLA DRB 3.2 berbeda untuk setiap jenis sapi, antara lain sapi Jersey (Gilliespie et al. 1999), Holstein (Dietz et al. 1997; Nassiry et al. 2008), Japanese Shorthorn (Takeshima et al.2002; Takeshima et al.2003), Japanese Black (Takeshima et al.2003), Brazilian Dairy Gir cattle ( Da Mota 2002) Canadian Dairy Cattle (Sharif et al. 1998a) dan Norwegian Red Cows (Kulberg et al. 2007). Polimorfisme pada kompleks BoLA yang dimiliki oleh populasi sapi mungkin berhubungan dengan asal usulnya (Ellis 1999). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa distribusi alel-alel tertentu pada kompleks BoLA mewakili tipe sapi taurin dan zebu (Gilliespie et al. 1999; Maillard et al. 1999). Polimorfisme pada kompleks BoLA juga berpengaruh terhadap fitnes individu dalam populasi. Hal ini berkaitan dengan respon masing-masing gen dalam kompleks BoLA terhadap tekanan lingkungan. Polimorfisme yang tinggi dalam populasi akan memungkinkan populasi tersebut bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan (Ellis 1999).
Demikianlah Artikel Lokus Gen BoLA DRB 3.2 , [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ]
Sekianlah artikel Lokus Gen BoLA DRB 3.2 , [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ] kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Lokus Gen BoLA DRB 3.2 , [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ] dengan alamat link https://kebunbudidaya.blogspot.com/2016/03/lokus-gen-bola-drb-32-kebunbudidaya.html
0 Response to "Lokus Gen BoLA DRB 3.2 , [ KebunBudidaya ] , [ KebunBudidaya ] "
Posting Komentar